Semakin hari semakin dekat dengan Ujian Nasional, maka ku bangkitkan diriku
untuk belajar lebih dari biasanya. Tentu saja aku ingin mencetak nilai terbaik
di akhir masa SMP ini. Sore hari usai kegitatan pembelajaran di sekolah,
seperti biasa aku pergi ke tempat bimbingan belajar di kota kecil tempat
kelahiranku ini. Yah namanya juga anak sekolah, usia SMP pula, walau sudah bisa
menggunakan motor aku pulang pergi menggunkan angkutan umum alias angkot. Ku duduk
di pojok angkot karena lumanyan nyaman dan tak kena lalu lalang orang yang naik
dan turun. Sambil menikmati perjalanan layaknya naik delman, seorang lelaki
dengan beberapa brosur ditangannya menaiki angkot kuning-ungu ini dan duduk di
kursi artis sambil mendemonstrasikan produknya. Awalnya aku tak peduli dengan
produk yang ia tawarkan, namun ia meraih tangan salah satu penumpang untuk
mempraktikan produknya. Lalu tak lama yang kuingat saat itu, aku tersadar
dengan suaranya yang nyaring bilang “kiri” tak lama ia pun turun
dari angkot. Entah mengapa, sedari awal ku punya firasat buruk mengenai lelaki
ini, dan rupanya HP ku raib. Ku pikir semua orang dalam angkot telah ia
hipnotis, dengan kesigapanku ku ikut-ikut bilang kiri dan sebagai warga yang
baik ku tetap bayar ongkos Rp. 1.000 dan turun dengan tergesa-gesa.
Lalu kubentangkan kedua tanganku untuk menghalangi laju sebuah mobil Luxio
berplat nomor B XXXX keluaran 2009 yang dinaiki oleh lelaki penyebar brosur
tadi. Ku raih pintu depan depan namun terkunci, maka tak putus harapan ku raih
pintu tengah yang slide dengan tanganku sambil berlari layaknya kondektur yang
menaikan salah sati kakinya di atas kendaraan namun, sialnya lelaki itu
menggigit lenganku yang mungil ini dengan giginya yang menjijikan. Bruuuugggg,
sreeeetttttt masyaAllah, ku terjatuh dan terseret mobil itu dengan kencangnya
hingga hampir tertabrak pengendara motor “ojek”. Lengan kanan ku
terseret dan terbawa cukup jauh hingga merobek punggungku. Kulihat di aspal
dengan polosnya teronggok daging segar milikku sendiri. Kupungut dengan
polosnya lalu ku tempelkan lagi ke punggungku yang berceceran darah segar dan
sempat kulihat goresan tulang putih yang terlihat asli depan mata. Anehnya hati
ini sungguh menggebu-gebu untuk mengejar si bangsat jalanan itu. Amang tukang
ojek yang nyaris menabrakku, hanya memastikan keadaanku yang berlumuran darah
ini. Namun tanpa da . . . di . . . du . . . ku naik motor dan meminta sang
amang ojek untuk mengejar si Mobil Luxio itu. Ku buntuti mobil itu dengan terus
menghapalkan plat nomor tadi. Hingga kurang lebih 30 menit lamanya perjalanan
paling lama untukku menahan perih dan sakit ini. Bodohnya, mungkin karena panik
si Mobil melaju ke jalan buntu sebuah tempat rekreasi alam KRC namanya. Tentunya
dimanapun mobil disembunyikan pasti bakal ketemu. Dipintu gerbang utama kutanyai
petugas jaga, perihal mobil Luxio yang masuk ke tempat wisata ini. Petugas pun
membenarkan mengenai itu karena teringat jelas bahwa penumpangnya tidak
mengambil kembalian dari petugas dan melaju terburu-buru ke dalam kawasan
wisata. Dalam hati “Kena Kau” dalam pelarianmu
sendiri.
Dengan tegas ku minta petugas untuk menelpon polisi atas kejadian yang
menimpaku ini. Tak lama polisi pun datang untuk menyisir lahan parkir yang
sangat luas. Mobil memang ketemu tapi tak ada penumpangnya, yang ada adalah
puluhan HP dan beberapa benda berharga di dalamnya, namun diantaranya tak kutemukan
HP kesayanganku. Kecewa dan sakit saja yang kurasa. Aku pun dilarikan ke Rumah
Sakit dengan penuh jerit tangis di IGD.
Tak lama proses penyelidikan berlangsung, si pemilik mobil mengaku bahwa ia
telah merentalkan mobil ini kepada si penjahat itu dan tak tahu menahu mengenai
penyewanya. Namun, polisi tak kalah pintar, “Mana mungkin anda
merentalkan mobil jika tak kenal benar dengan penyewanya?”. Akhirnya, ancaman dari
polisi mengenai mobil baru ini adalah “Anda tak dapat mengambil mobil ini jika penyewa mobil ini tak dapat anda
serahkan ke polisi”. Rupanya
daripada menyerahkan jiwa lebih baik baginya mobil berplat B itu kehilangan
mobil barunya.
Pelaku kejahatam memang tak ku dapatkan, namun setidaknya mobil Luxio keluaran
2009 ini, kini menjadi inventaris polsek setempat. Trauma berat yang cukup ku
rasakan hingga hampir setahun lamanya ku “abodemen” antar jemput
si amang ojek yang menolongku tempo hari hanya untuk ke SMP-SMA. Tapi ku coba kuatkan
diri untuk tak lagi dibayang-bayangi ketakutan berlarut-larut. Kini sejak
kejadian 3 tahun yang lalu luka itu masih saja berbekas meski selalu ku obati.
#Gadis luar biasa n it’s the real story (Curhatan sama-sama korban kecelakaan lalu lintas)
#Gadis luar biasa n it’s the real story (Curhatan sama-sama korban kecelakaan lalu lintas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar