Ini hanya pemikiranku saja yang liar dalam kepala dan ku
tuangkan dalam sebuah media. Bukan untuk menghancurkan atau menimbulkan
kontroversi, hanya sebuah kebebasan berekspresi saja.
Berawal dari kehidupanku yang didik menjadi manusia yang
idealis, baik dilingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah dan masa kuliah.
Ada suah tekanan dalam dunia kerja, hingga lelah dan
terasa sangat hampa. Semua yang aku kerjakan semuanya menyenangkan, enjoy tapi
entah mengapa smeua kontroversial dengan hatiku. Seolah semuanya hanya semua
dan hampa, lelah yang kurasa soelah tak ada artinya. Hanya meluncur dari
mulutku yang pada saat itu merasa teraniaya oleh beberapa orang orang yang
congkak semata padahal ditengah kasih sayang seorang pemimpin yang banyak
kurang disukai anak buahnya. Wajar memang jika seorang pemimpin yang tengah
lama menjabat sebuah jabapan penting, hingga banyak orang yang kurang suka
dnegan kinerjanya yang dinilai ingin dilihat oleh pihak luar dan seolah butuh
banyak publikasi, namun menurut penilaianku yang melihat beliau lebih dekat
tidak sekasat mata seperti itu. Salah besar jika banyak beberapa orang lihatnya
demikian, ada banyak tujuan mulia yang ingin dibangun sosok pemimpin ini, namun
dengan caranya sendiri yang kadang jalan memikiran dan tindakan beliau kurang
dimengerti secara positif dimata beberapa bawahanya.
Entah apa yang sebenarnya terjadi, saya hanya orang baru,
yang penuh dengan kekurangan. Hanya ingin bertindak sesuai dengan kata hati,
dan bertindak sedikit idealis, yang mungkin dimata beberapa rekan kerjaku
seperti seorang penjilat yang ingin dipuji oleh seorang pemimpin. Apapun itu,
maaf tak ada maksud untuk menginginkan pujian, saya hanya ingin menebus
kekurangan yang pernah dilakukan dengan kinerja yang lebih baik. Hanya itu
saja! Lelah jelas, saya lelah melakukannya, tapi kadang saya jalani karena
sedikit terpaksa (gue gak munafik) abis mau siapa lagi yang ngerjain. Maka pada
akhirnya ya dikerjakan juga, lagi pula kalau pekerjaan tersebut tidak
dikerjakan rasanya dalam otak dan hati pun tak tenang memikirkannya.
Namun semua yang akau kerjakan rupanya ada beberapa hal
yang mingkin Allah nggak ridho, sedikit demi sedikit rasanya semkain jauh dari
Allah, bukan karena pekerjaannya atau karena siapapun, tapi karena aku yang
terlena pada nafsu dunia yang memabukkan.
Lepas dari kuliah yang sebenarnya aku mulai jadi pribadi
yang religius, mulai terlena dengan keadaan setempat, aku menjadi pribadi yang
pemalas, menjadi pribadi yang menanggalkan kaos kaki dan bersalaman dengan yang
bukan mahrom, mulai kembali menggunakan kerudung yang tidak menutupi dada dan
memakai jelana jeans. Entah apa yang merasukiku selama 2 tahun bekerja ini.
Intinya adalah menjadi pribadi yang pemalas.
Hampa rasanya, walau sangat aku akui bahwa berjuta pengalaman menyenangkan dan juga mendebarkan semua sangat nyata. Banyak hal yang membuka mata dan hati aku selama bekerja di tempat ini. Rsa deg-degan, riuh rendah tertawa lepas bersama rekan kerja yang begitu ceria, pengalaman bersama anak-anak yang memelukku dan menciumi pipiku dengan penuh ketulusan, hingga suapan kue dan minuman ke mulutku dari tangan-tangan mereka yang mungkin suatu saat dari tangan-tangan merekalah yang bisa mengangkatku naik ke syurga.
Hampa rasanya, walau sangat aku akui bahwa berjuta pengalaman menyenangkan dan juga mendebarkan semua sangat nyata. Banyak hal yang membuka mata dan hati aku selama bekerja di tempat ini. Rsa deg-degan, riuh rendah tertawa lepas bersama rekan kerja yang begitu ceria, pengalaman bersama anak-anak yang memelukku dan menciumi pipiku dengan penuh ketulusan, hingga suapan kue dan minuman ke mulutku dari tangan-tangan mereka yang mungkin suatu saat dari tangan-tangan merekalah yang bisa mengangkatku naik ke syurga.
Namun kekecewaan karena keteledoran dan kata-kata serta
sikap dari beberapa individu yang sempat mengucilakakulah yang membuatku muak dengan
semuanya. Muak dan ingin segera berakhir dari tempat ini. Hanya melalui curhat
pada Allah, tiba-tiba jalan yang aku kira tak kan selancar itu, dan hanya
dengan cara coba-coba saja, semuanya terjadi begitu saja.
Aku menginggalkan banyak pekerjaan, dan aku pergi saat
dimasa yang sulit bagi beberapa rekan, hingga mereka sedikit tertekan. Terima
kasihku ucapkan pada dua orang pemimpinku yang luar biasa, saya sangat salut
terhadap bapak dan ibu. Maaf saya pergi diwaktu yang kurang tepat. Tapi Allah
memberikan kesempatan terbaik buat saya, serta mungkin ini adalah jawaban dari
do’a saya pada Ramdhan tahun lalu, yang ingin smekin didekatkan dengan Rabbku.
Kadang jadi berfikir kenapa tidak dari dulu semua ini
terjadi, sebelum saat aku terlena pada nafsu dunia yang memabukkan dan
meningglkan penyasalan mendalam. Tapi semuanya tidak dapat kembali. Biarlah,
semua ku kubur dalam-dalam, hingga waktu yang tiba nanti akan ku buka untuk
seseorang terbaik yang Allah berikan untukku.
Kini, lingkungan kerjaku sangat ideal untuk memacu diri lebih baik dan media untuk terus memperbaiki diri. Tinggal dirikunya yang harus terus memperbaiki diri. Hingga pada saatnya diriku layak dipertemukan dengan belahan jiwa yang akan menemaniku menjalani perjalanan usia.
Kini, lingkungan kerjaku sangat ideal untuk memacu diri lebih baik dan media untuk terus memperbaiki diri. Tinggal dirikunya yang harus terus memperbaiki diri. Hingga pada saatnya diriku layak dipertemukan dengan belahan jiwa yang akan menemaniku menjalani perjalanan usia.
Satu do’a ku panjatkan di Ramadhan ini, perkenankan hamba
dijodohkan dengan lelaki baik seperti Rasulullah yang sellau ingin memperbaiki
diri terus-menerus dan akan Allah pertemukan di bulan syawal 1434 H, Entah
siapa itu, tapi aku yakin setiap do’an akan Allah
kabulkan. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar