Kamis, 19 Juli 2012

o

Entah kenapa setelah hari minggu kemarin rasanya hati ini gak menentu
Mungkin telah dipermainkan keadaan
Kemarin hanya coba menunggu saat-saat beliau menegur diriku lagi, namun rupanya kami tak bertegur sapa. Pak maaf, mungkin saya yang salah kepada anda. Dengan membiarkan perbincangan kita yang terus-menerus bergulir dalam dunia maya hingga tak terkendali. Dalam nyatanya, bapak mungkin hanya memberikan pembelajaran bagi saya yang tak tau apa-apa. Yang saya lihat bapak biasa saja. Bahkan bapak memberikan pembelajaran bagi pribadi-pribadi lain. Saya suka, saat bapak bersenda gurau degan sahabat dan murid-murid bapak, namun entah mengapa saya merasa sedikit iri, ingin diajak juga. 
Saat bapak mendukung saya untuk perubahan hidup saya ke depan. Rasanya ada teman yang ikut medukung, diantara banyaknya orang yang malah mendo'akan gak berakhir di tempat yang baru. Saya sangat hargai itu, dan itu jadi pertimbangan yang memberatkan saya masuk ke dunia yang baru.
Namun ucapan hanya ucapan, rupanya dukungan bapak hanya sampai sabtu kemarin saja
Selanjutya saya merasa tidak dipedulikan sama sekali. Mungkin itu sudah menjadi sifat bapak, yang sedari awal bapak mengajari saya sudah terlihat sifat itu. Namun tak saya gubris, mata hati saya seolah telah tertutup, karena keinginan semu semata.
Kini marah dan menyesal sedang berkecamuk di hati saya sekarang. Karena ternyata bapak bukan guru yang baik untuk saya. Sungguh hina perilaku saya saat itu, sebagai seorang murid malah membuat seorang guru menjadi meringis kesakitan seperti itu. Hina rasanya telah melakukan itu kepada bapak.
Bapak yang mengingatkan saya ketika waktu yang sudah memasuki shalat Isya, sungguh berarti buat saya. Namun, saya pun telah mengira bahwa bapak mengetahui rahasia terbesar dalam hidup saya. Maka ini lah yang membuat bapak tak peduli terhadap saya lagi. Karena perimbangan masa lalu saya.
Bapak, ada rasa suka pada diri bapak yang saya rasakan. Namun, tidak demikian dengan bapak. Bapak hanya ingin berseda gurau dan bermain-main saja dengan saya. Tidak lebih dari itu.
Mungkin saya adalah murid yang bodoh, yang selalu mengulangi kesalahan berkali-kali. Padah sudah tau klo melakukan hal yang sama bodoh namanya.
Bapak, andai bapak tahu perasaan saya . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar