Sabtu, 03 November 2012

Pengalaman mengajar

Ternyata sudah tak terasa 2 tahun 3 bulan lamanya aku produktif mengajar. Awal pertama kali mengajar itu sangat melelahkan. Sebagai guru baru aku mengajar 36 jam x 45 menit dalam seminggu dengan 5 hari kerja. Upah capenya pun gak seberapa, waktu itu September 2010 gaji pertamaku Rp. 580.000,00. Itu adalah bulan pertama aku gak dikasih lagi uang oleh kedua orang tuaku. Hemmmpppp
enaknya punya uang sendiri dan gak enaknya adalah udah gak dapet lagi asupan uang dari orang tua.

Pengalaman pertama yang kurang menyenangkan adalah aku dibilang "teteh". Ini juga karena aku salah kostum, malah pke rok warna abu-abu tua yang mirip denga seragam anak SMK. Wah payah . . .
Tidak hanya muridku saja beberapa guru juga karang memanggilku "neng" karena dikiranya murid gitu. Tapi ya sudahlah, anggap saja itu pujian coz aku terlihat awet muda. Hahaha . . .

Banyak cerita menyenangkan di awal mengajar, aku mulai mencintai profesiku sebagai guru. Meski sering aku berfikir bahwa Matematika bukanlah jodohku. Tapi aku selalu berusaha terus meperbaiki diri tanpa henti, upahku sebagai seorang guru tak aku habiskan hanya untuk ongkos dan makan saja, namun ku belikan beberapa buku referensi khusus untuk matematika. Karena waktu itu guru matematika disana aku pikir pelit sekali dalam meminjamkan bukunya. Bahkan hanya sekedar untuk melihat atau meminjam silabus SMK saja aku tak diberinya. Mungkin takut ilmunya dicuri, pikirku saat itu. Untunya melek teknologi, maka sering sekali aku googling di warnet. Dan waw sisten pembelajaran di SMK sangat-sangat jauh berbeda dengan SMA, itu membuatku hapir gila, namun karena keidealisanku ku paksakan bergadang sering-sering memperlajari Matematika ini. Walhasil semuanya berubah. Malah diakhir masa kerjaku di sana akulah yang menggerakan guru-guru untuk melakukan pertemuan atau rapat MGMP Matematika, agar standar pengajaran matematika di SMK itu sama, siapapun gurunya. Seabreg rencana aku sudah rancang bahkan sampai dengan ekskul Matematika pun sudah aku galangkan, aku buat program kerjanya bahkan hingga desain kaos ekskul pun sudah aku pertimbangkan. Tapi apa daya, lewat sebuah curhatan pada seseorang yang aku anggap sebagai orang yang dengan tulus peduli terhadapkulah yang mebuat semuanya terasa lebih indah.
Ditengah kegersanganku, kegalauanku, kekecewaanku, kebodohanku yang diperbudak ambisi rekanku, beliau menawarkan sesuatu yang sangat indah.

Banyak kenangan indah pada pertengahan aku mengabdi di sana. Punya murid-murid yang lucu dan menyenangkan. Mereka mencium tanganku, memelukku bahkan mencium pipiku. Aku rindu mereka. Bahkan sesampainya mereka di rumah tak jarang mereka menelponku hanya sekedar menanyakan tugas matematika, PR yang tak bisa diselesaikan. Atau bahkan curhat mengenai keluarga dan kisah cinta mereka.Terkadang merekapun datang ke rumahku hanya untuk meminta dibimbing mengerjakan soal-soal Matematika pada saat hari libur.
Pantas saja ketika perpisahan kelas XII kemarin rasanya sedih sekali. Rupanya ini penyebabnya! Aku pindah tempat kerja . . .

Hampir dua bulan lamanya aku tidak menjadi diriku sendiri di tempat aku mengajar sekarang. Aku adalah pribadi yang ceria dengan apa yang ada dihatiku. Tapi rasanya aku tak leluasa mengungkapakan apa yang aku rasakan disini. Lingkungannya sangat terasa formal dan asing bagiku. Namun sesungguhnya penuh dengan keindahan dan selalu menyiramiku dangan wisata rohani yang tak terkira. Aku benar-benar harus banyak belajar rupanya disini.

Akhir-akhir ini pun, mulai terasa kehangatan bersama anak-anak dan guru-guru. Aku bisa mengungkapakan semua yang kurasakan pada mereka, aku mulai terbuka menceritakan banyak hal kepada mereka. Menyenangkan . . .

Aku punya seorang murid yang aku kagumi. Dia sangatlah amazing dengan Matematika dan Al Qurannya. Hemmmppp . . . Tapi dia belum jatuh hati padaku. Dia tipikal yang sama seperti My Er***a di SMK. Pintar dan kritis . . . Tapi aku suka dan jatuh hati kepada kedua karakter ini.

Aku juga punya beberapa murid yang menggemaskan, dan ia selalu ingin diberikan les tambahan di luar pembelajaran. Yang selalu datang kepadaku seusai pulang sekolah.

Aku juga punya murid yang tersenyum saat bersama dan cembetut juga marah saat ia benar-benar sulit mengerjakan soal matematika atau diberikan seabreg PR.

Aku juga punya murid lainnya yang selalu mengujiku dengan bertanya: Apakah ada cara cepat yang lebih cepat dari ini Ibu???

Atau ada juga murid yang benar-benar sangat kekanak-kanakan dengan jiwa-jiwa yang polos. Seperti masih bisa rayu seperti anak-anak TK, heummmppp

Aku mualai jatuh hati pada mereka . . .

Kini hari senin bukan lagi hari yang akau benci karena harus mengajar orang-orang asing. Tapi hari senin adalah ahri yang kutunggu karena aku akan mentrasfer ilmu pada anak-anak yang aku cintai

Moga ke depannya semakin indah bagiku . . .
dan aku harus lebih banyak belajar, belajar dan belajar lagi